Asal usul alam
semesta:
Kuliah Stephen Hawking
: J. Robert Oppenheimer
- Kuliah Stephen Hawking di Universitas Cambrige tanggal 13 Maret 2007.
Dapatkah Anda mendengar saya?
Menurut orang Boshongo yang tinggal di Afrika Tengah, pada awalnya hanya ada
kegelapan, air dan dewa besar Bumba. Suatu hari Bumba sakit perut dan
memuntahkan matahari. Matahari kemudian mengering menguapkan airnya dan
meninggalkan tanah sebagai sisanya. Masih dalam kesakitan, Bumba memuntahkan
bulan, bintang dan kemudian beberapa binatang. Macan tutul, buaya, penyu dan
akhirnya manusia.
Mitos penciptaan ini, seperti banyak mitos lain, mencoba untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang kami tanyakan. Mengapa kita di sini? darimana kita
berasal? Umumnya jawaban yang diberikan, adalah bahwa manusia itu dari asal
terbaru (belum terlalu lama. Penj), hal itu sudah cukup jelas, bahkan pada
masa-masa awal, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi ras manusia sedang meningkat.
Jadi tidak bisa sudah ada sejak lama, atau ras yang telah berkembang bahkan
lebih. Sebagai contoh, menurut Uskup Usher, Kitab Kejadian menempatkan
penciptaan dunia pada pukul 9 pagi, tanggal 27 Oktober, 4.004 SM. Di sisi lain,
lingkungan fisik, seperti gunung-gunung dan sungai-sungai, berubah sangat
sedikit dalam waktu kehidupan manusia. Oleh karena itu mereka dianggap sebagai
latar belakang konstan, dan bahkan akan ada selamanya sebagai dataran kosong,
atau telah diciptakan pada waktu yang sama dengan manusia.
Namun, bagaimanapun, tidak semua orang senang dengan gagasan bahwa alam
semesta memiliki awal. Sebagai contoh, Aristoteles, filsuf Yunani yang paling
terkenal, percaya bahwa alam semesta telah ada selamanya. Sesuatu yang abadi,
adalah lebih sempurna daripada sesuatu yang diciptakan. Dia menyarankan alasan
kita melihat kemajuan, adalah bahwa banjir, atau bencana alam lainnya, telah
berulang kali menyebabkan peradaban kembali ke awal. Motivasi untuk percaya
alam semesta yang abadi, adalah hasrat untuk menghindari memohon campur tangan
Ilahi, untuk menciptakan alam semesta, dan membiarkannya berjalan. Sebaliknya,
mereka yang mempercayai alam semesta memiliki awal, menggunakannya sebagai
argumen untuk keberadaan Tuhan, sebagai penyebab pertama atau penggerak utama
alam semesta.
Jika seseorang percaya bahwa alam semesta memiliki awal, pertanyaan yang
jelas adalah, Apa yang terjadi sebelum awal? Apa yang Tuhan lakukan sebelum Dia
menciptakan dunia? Apakah Dia menyiapkan neraka untuk orang-orang yang
menanyakan pertanyaan seperti itu? Masalah apakah alam semesta memiliki awal
atau tidak, menjadi perhatian besar bagi filosof Jerman, Immanuel Kant.
Bagimanapun, dia merasa ada kontradiksi logis, atau Antimonies. Jika alam
semesta memiliki awal, mengapa ia menunggu waktu tak terbatas sebelum mulai?
Hal itu disebut sebagai tesis. Di sisi lain, jika alam semesta telah ada
selamanya, mengapa diperlukan waktu yang tidak terbatas untuk mencapai tahap
sekarang? Hal itu disebut sebagai anti tesis. Kedua hal tersebut, baik tesis
dan anti tesis, bergantung pada asumsi Kant, bersama dengan hampir semua orang,
bahwa waktu adalah Absolut. Maksudnya, hal itu berasal dari masa lalu yang tak
terbatas, menuju masa depan yang tak terbatas, secara bebas (atau terpisah, penj.)
dari alam semesta apapun yang mungkin ada atau mungkin tidak ada sebagai latar
belakang.
Ini masih menjadi gambaran dalam pikiran banyak ilmuwan hingga hari ini.
Namun pada tahun 1915, Einstein memperkenalkan Teori Relativitas Umum yang
revolusioner. Dalam hal ini, ruang dan waktu tidak lagi Absolut, tidak lagi
merupakan latar belakang yang tetap dari suatu peristiwa. Sebaliknya, mereka
dinamis, dibentuk oleh materi dan energi di alam semesta. Mereka didefinisikan
hanya di dalam alam semesta, sehingga mustahil membicarakan waktu sebelum alam
semesta dimulai. Ini akan seperti menentukan titik selatan dari Kutub Selatan.
Itu tidak didefinisikan.
Jika alam semesta secara mendasar tidak berubah, sebagaimana umumnya
diasumsikan sebelum tahun 1920-an, tidak akan ada alasan bahwa waktu tidak
seharusnya didefinisikan jauh ke belakang. Setiap apa yang disebut awal alam
semesta, akan artifisial, dalam arti bahwa seseorang dapat memperpanjang
sejarah kembali ke masa-masa sebelumnya. Jadi mungkin bahwa alam semesta diciptakan
tahun lalu, tapi dengan semua kenangan dan bukti fisik, agar terlihat jauh
lebih tua. Hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan filosofis mendalam
mengenai makna keberadaan. Saya akan membahas ini dengan mengadopsi apa yang
disebut, pendekatan positivis. Dalam hal ini, idenya adalah bahwa kita
menafsirkan masukan dari indera kita dalam kerangka model yang kita buat di
dunia. Seseorang tidak dapat menanyakan apakah model tersebut mewakili
kenyataannya, hanya apakah itu sesuai. Sebuah model dikatakan sebagai model
yang baik, jika pertama ia menafsirkan sebuah kisaran observasi yang luas,
dalam model yang sederhana dan elegan. Dan kedua, jika model tersebut membuat
perkiraan pasti yang dapat diuji, dan mungkin ditiru, oleh observasi.
Dalam hal pendekatan positivis, seseorang dapat membandingkan dua model alam
semesta. Satu di mana alam semesta diciptakan tahun lalu, dan satu di mana alam
semesta ada lebih lama lagi. Model di mana alam semesta ada lebih dari satu
tahun lalu, dapat menjelaskan hal-hal seperti kembar identik, yang memiliki
penyebab yang sama lebih dari setahun yang lalu. Di sisi lain, model di mana
alam semesta diciptakan pada tahun lalu, tidak dapat menjelaskan peristiwa
tersebut. Jadi model pertama lebih baik. Seseorang tidak dapat menanyakan
apakah alam semesta benar-benar ada sebelum setahun yang lalu, atau hanya
terlihat seperti itu. Dalam pendekatan positivis, mereka adalah sama.
Dalam alam semesta yang tidak berubah, tidak akan ada titik awal alami. Namu
situasi berubah secara radikal, ketika Edwin Hubble mulai melakukan pengamatan
dengan teleskop seratus inchi di Gunung Wilson, pada tahun1920-an.
Hubble menemukan bahwa bintang-bintang tidak secara seragam terdistribusi di
seluruh ruang angkasa, tapi berkelompok dalam suatu kumpulan yang sangat luas
yang disebut galaksi.
Dengan mengukur cahaya yang berasal dari galaksi, Hubble dapat menentukan
kecepatannya. Dia mengharapkan bahwa banyak galaksi akan bergerak menuju ke
arah kami, ada juga yang bergerak menjauh. Ini adalah apa yang akan ada di alam
semesta yang tidak berubah dengan waktu. Tapi yang tak terduga bahwa, Hubble
menemukan bahwa hampir semua galaksi bergerak menjauhi kita. Selain itu,
semakin jauh galaksi dari kita, semakin cepat mereka bergerak menjauh. Alam
semesta tidak tidak-berubah dengan waktu, seperti yang disangkakan sebelumnya.
Alam semesta seperti mengembang. Jarak antara galaksi jauh, meningkat dengan
waktu.
Pengembangan alam semesta, adalah salah satu penemuan intelektual terpenting
dari abad ke-20, atau dari abad manapun. Ini mengubah perdebatan mengenai
apakah alam semesta memiliki awal. Jika galaksi bergerak menjauh sekarang,
dimasa lalu mereka pastilah lebih dekat. Jika kecepatan mereka tetap, mereka
semua akan berada satu diatas yang lain, sekitar 15 milyar tahun yang lalu.
Apakah ini, awal alam semesta.
Banyak ilmuwan yang masih tidak senang dengan alam semesta yang memiliki
awal, karena sepertinya menyiratkan bahwa ilmu fisika telah hancur. Seseorang
harus meminta bantuan lain, untuk memudahkan, kita dapat memanggil Allah, untuk
menentukan bagaimana alam semesta dimulai. Oleh karena itu dari teori-teori
maju mereka bahwa alam semesta mengembang hingga saat saat ini, tapi tidak
mempunyai awal. Salah satunya adalah Teori Keadaan Tunak, yang diusulkan oleh
Bondi, Gold, dan Hoyle tahun 1948.
Dalam Teori Keadaan Tunak, galaksi bergerak menjauh, gagasannya adalah bahwa
galaksi baru akan terbentuk dari materi yang terus-menerus diciptakan di
seluruh alam semesta. Alam semesta akan ada untuk selama-lamanya, dan akan
terlihat sama sepanjang waktu. Hal terakhir ini memiliki keutamaan yang besar,
dari sudut pandang positivis, menjadi sebuah dugaan pasti, yang dapat diuji
dengan pengamatan. Kelompok Astronomi dari Cambridge, yang dipimpin oleh Martin
Ryle, melakukan survei terhadap sumber-sumber radio lemah di awal tahun
1960-an. Gelombang radio tersebut tersebar merata di langit, menunjukkan bahwa
sebagian besar sumber-sumber radio, terletak di luar galaksi kita.
Sumber-sumber yang lebih lemah rata-rata lebih jauh.
Teori Keadaan Tunak memprediksikan jumlah sumber terhadap kekuatan sumber
dalam bentuk grafik. Tetapi pengamatan memperlihatkan lebih banyak
sumber-sumber samar daripada yang diperkirakan, menunjukkan bahwa kepadatan
sumber-sumber tersebut lebih tinggi di masa lalu. Ini bertentangan dengan
asumsi dasar dari Teori Kedaan Tunak, bahwa segalanya konstan sepanjang waktu.
Berdasarkan hal ini, dan alasan lainnya, Teori Keadaan Tunak ditinggalkan.
Upaya lain untuk menghindari alam semesta memiliki awal, adalah usulan bahwa
ada fase kontraksi sebelumnya, tetapi karena rotasi dan ketidakteraturan
setempat, materi tidak akan semua jatuh ke titik yang sama. Sebaliknya,
bagian-bagian materi yang berbeda akan kehilangan satu sama lain, dan alam
semesta akan berkembang lagi, dengan kepadatan terbatas. Dua ilmuwan Rusia,
Lifshitz dan Khalatnikov, menyatakan telah membuktikan bahwa kontraksi umum
tanpa simetri yang persis, akan selalu menghasilkan sebuah pantulan, dengan
kepadatan terbatas. Hasil ini sangat nyaman untuk Leninis Marxisme, karena
menghindari pertanyaan-pertanyaan canggung mengenai penciptaan alam semesta.
Karena itu menjadi sebuah artikel panduan bagi ilmuwan Soviet.
Ketika Lifshitz dan Khalatnikov menerbitkan teori mereka, saya mahasiswa
riset berusia 21 tahun, mencari sesuatu untuk menyelesaikan tesis PhD. Aku
tidak percaya apa yang disebut bukti, dan bersama Roger Penrose mengembangkan
teknik matematika baru untuk mempelajari pertanyaan tersebut. Kami
memperlihatkan bahwa alam semesta tidak dapat memantul. Jika teori Einstein
mengenai Relativitas Umum benar, akan ada sebuah keganjilan, maka ada
singularitas, suatu titik dengan kepadatan tak terbatas dan lengkungan
ruang-waktu, di mana waktu mempunyai awal.
Bukti pengamatan untuk mengkonfirmasi gagasan bahwa alam semesta memiliki
awal dengan kepadatan tinggi, datang pada bulan Oktober 1965, beberapa bulan
setelah hasil singularitas saya yang pertama, dengan penemuan dari sebuah latar
gelombang mikro lemah di seluruh ruang. Gelombang mikro ini sama seperti yang
terdapat dalam oven microwave Anda, tapi sangat lemah. Gelombang micro tersebut
akan memanaskan pizza anda hanya pada suhu minus 271,3 derajat Celcius, tidak
terlalu baik untuk menghangatkan pizza, apalagi memasaknya. Anda sesungguhnya
dapat mengamati sendiri gelombang mikro ini. Atur televisi anda pada saluran
kosong. Beberapa persen dari “salju” yang Anda lihat pada layar, disebabkan
oleh latar gelombang mikro ini. Satu-satunya penafsiran yang wajar dari hal
tersebut, adalah bahwa radiasi tersebut tersisa dari awal sangat panas dan
padat. Ketika alam semesta mengembang, radiasi akan mendingin sampai hanya sisa
samar yang kita amati sekarang.
Walaupun teorema singularitas Penrose dan saya, memprediksi bahwa alam
semesta memiliki awal, teorema tersebut tidak menjelaskan bagaimana dimulainya.
Persamaan Relativitas Umum akan tidak berlaku di singularitas. Dengan demikian
teori Einstein tidak dapat memprediksi bagaimana mulainya alam semesta, tetapi
hanya bagaimana alam semesta mengembang setelah dimulai. Ada dua sikap yang
bisa dilakukan untuk teorema Penrose dan saya. Salah satunya adalah bahwa Tuhan
memilih bagaimana alam semesta dimulai dengan alasan yang kami tidak mengerti.
Ini adalah pandangan Paus Yohanes Paulus pada sebuah konferensi tentang kosmologi
di Vatikan. Paus mengatakan kepada para delegasi bahwa OK untuk mempelajari
alam semesta setelah dimulai, tetapi tidak boleh menyelidiki awal itu sendiri,
karena itu adalah saat penciptaan, dan itu pekerjaan Allah. Aku senang dia
tidak menyadari bahwa saya telah mempresentasikan sebuah makalah pada
konferensi tersebut, menyampaikan bagaimana alam semesta dimulai. Aku tidak
suka membayangkan diserahkan pada Inkuisisi, seperti Galileo.
Interpretasi hasil kami lainnya, yang disukai oleh kebanyakan ilmuwan,
adalah bahwa teorema tersebut menunjukkan bahwa Teori Relativitas Umum, tidak
dapat menjelaskan keadaan pada daerah medan gravitasi yang sangat kuat di awal
alam semesta. Teori Relativitas Umum tersebut harus diganti dengan teori yang
lebih lengkap. Hal tersebut karena Teori Relativitas Umum tidak memperhitungkan
struktur materi berskala kecil, yang diatur oleh teori kuantum. Secara normal
hal itu bukan masalah, karena skala alam semesta, adalah sangat besar
dibandingkan dengan skala mikroskopis dari teori kuantum. Tetapi ketika skala
alam semesta menggunakan ukuran Planck, satu per milyar-triliun-triliun
sentimeter, keduanya memiliki skala yang sama, dan teori kuantum harus
diperhitungkan.
Untuk memahami Asal usul alam semesta, kita perlu mengkombinasikan Teori
Relativitas Umum, dengan teori kuantum. Cara terbaik untuk melakukannya,
tampaknya dengan menggunakan ide Feynman mengenai penjumlahan alur “sejarah”.
Richard Feynman adalah karakter yang berwarna-warni, yang memainkan genderang
bongo di Pasadena, dan seorang ahli fisika brilian pada Institut Teknologi
California. Dia mengusulkan bahwa sebuah sistem didapatkan dari keadaan A, ke
keadaan B, dengan setiap jalur atau sejarah yang memungkinkan.
Tiap jalur atau sejarah, mempunyai amplitudo atau intensitas tertentu, dan
probabilitas untuk beralih dari A-menjadi B, ditentukan dengan menjumlahkan
amplitudo untuk setiap jalur. Akan menjadi sejarah jika bulan terbuat dari keju
biru, tetapi amplitudonya rendah, yang merupakan berita buruk bagi tikus.
Tingkat kemungkinan alam semesta seperti saat ini, ditentukan dengan
menjumlahkan amplitudo untuk semua sejarah yang berakhir dengan keadaan
tersebut. Tetapi bagaimana sejarah awalnya. Ini adalah pertanyaan Dasar secara
samar. Apakah diperlukan Pencipta untuk memutuskan bagaimana alam semesta
dimulai. Atau apakah keadaan awal alam semesta, ditentukan oleh hukum ilmu
pengetahuan.
Pada kenyataannya, pertanyaan ini akan timbul bahkan jika sejarah-sejarah
alam semesta kembali ke masa lalu yang tak terbatas. Tetapi itu lebih segera
jika alam semesta dimulai hanya pada 15 milyar tahun yang lalu. Masalah apa
yang terjadi pada awal waktu, adalah sedikit seperti pertanyaan tentang apa
yang terjadi di ujung dunia, ketika orang mengira dunia datar. Apakah dunia
sebuah piring datar, dengan laut mengalir di tepinya. Saya telah menguji hal
ini secara langsung. Saya telah berkeliling dunia, dan saya tidak jatuh.
Seperti yang kita semua tahu, masalah apa yang terjadi di ujung dunia,
dipecahkan ketika orang menyadari bahwa dunia bukanlah piring datar, namun
permukaan melengkung. Waktu bagaimanapun, tampaknya berbeda. Tampaknya terpisah
dari ruang, dan menjadi seperti sebuah model rel kereta api. Jika waktu
memiliki awal, maka harus ada seseorang untuk mengatur tujuan kereta api.
Teori Relativitas Umum Einstein, mengenai keterpaduan ruang dan waktu
sebagai ruang-waktu, tetapi waktu tetap berbeda dari ruang, dan seperti sebuah
koridor, yang bisa memiliki awal dan akhir, atau berlangsung selama-lamanya.
Namun, ketika Teori Relativitas Umum dengan Teori Kuantum dikombinasikan, oleh
Jim Hartle dan saya, kami menyadari bahwa waktu dapat berperilaku seperti suatu
sumbu lain dalam ruang pada kondisi ekstrim. Ini berarti orang dapat
menyingkirkan masalah waktu yang memiliki awal, dalam cara yang sama di mana
kita menyingkirkan ujung dunia. Misalkan awal alam semesta, seperti kutub
selatan Bumi, dengan derajat lintang, memainkan peran sebagai waktu. Alam
semesta dimulai pada sebuah titik di Kutub Selatan. Saat seseorang bergerak ke utara,
lingkaran-lingkaran lintang, yang mewakili ukuran alam semesta, akan
mengembang. Dengan mempertanyakan apa yang terjadi sebelum awal alam semesta,
akan menjadi pertanyaan tak bermakna, karena tidak ada yang lebih selatan dari
Kutub Selatan.
Waktu, sebagaimana diukur dalam derajat lintang, akan memiliki sebuah awal
di Kutub Selatan, tetapi Kutub Selatan adalah seperti titik lain, setidaknya
seperti yang sudah saya sampaikan. Saya telah ke Antartika, tetapi bukan ke
Kutub Selatan.
Hukum Alam yang sama berlaku juga di Kutub Selatan, seperti di tempat-tempat
lain. Ini akan menghilangkan sanggahan lama bahwa alam semesta berawal, bahwa
itu akan menjadi tempat di mana hukum-hukum normal tidak berlaku. Awal alam
semesta, akan diatur oleh hukum-hukum ilmu pengetahuan.
Gambaran yang saya dan Jim Hartle kembangkan, mengenai penciptaan spontan
alam semesta secara quantum, akan menyerupai pembentukan gelembung uap dalam
air mendidih. Idenya adalah bahwa sejarah-sejarah yang paling mungkin dari alam
semesta, akan menjadi seperti permukaan gelembung. Banyak gelembung kecil akan
muncul, dan kemudian menghilang lagi. Ini sesuai dengan alam semesta mini yang
mengembang, tapi runtuh lagi ketika masih berukuran mikroskopis. Mereka adalah
alternative alam semesta yang mungkin, tetapi mereka tidak banyak menarik
karena mereka tidak bertahan cukup lama untuk mengembangkan galaksi dan
bintang-bintang, apalagi kehidupan cerdas . Beberapa gelembung kecil, tumbuh
sampai ukuran tertentu di mana mereka tidak akan menciut kembali. Mereka akan
terus berkembang pada tingkat yang semakin meningkat, dan akan membentuk
gelembung sebagaimana kita lihat. Mereka akan berhubungan dengan alam semesta –
alam semesta yang akan berkembang semakin meningkat. Ini disebut inflasi,
seperti harga yang naik setiap tahun.
Rekor dunia untuk inflasi, terjadi di Jerman setelah Perang Dunia Pertama.
Harga naik dengan faktor sepuluh juta dalam periode 18 bulan. Tapi itu bukan
apa-apa dibandingkan dengan inflasi di awal semesta. Alam semesta mengembang
dengan faktor juta trilyun trilyun dalam sepersekian detik. Tidak seperti
inflasi harga, inflasi dalam alam semesta awal adalah hal yang sangat baik.
Inflasi ini menghasilkan alam semesta yang sangat besar dan seragam, seperti
yang kita amati. Namun, tidak sepenuhnya seragam. Sepanjang sejarahnya, sejarah
yang sedikit tidak beraturan, akan memiliki probabilitas yang hampir sama
tinggi dengan sejarah yang sepenuhnya seragam dan umum. Oleh karena itu teori
memprediksi bahwa alam semesta awal cenderung menjadi sedikit tidak seragam.
Penyimpangan ini akan menghasilkan variasi kecil dalam intensitas gelombang
latar belakang mikro dari arah yang berbeda. Gelombang latar mikro telah
diamati menggunakan peta satelit, dan telah ditemukan secara tepat tepat jenis
variasi yang diprediksikan. Jadi kita tahu bahwa kita berada pada jalur yang
tepat.
Ketidak beraturan pada alam semesta awal, akan berarti bahwa beberapa daerah
akan memiliki kerapatan yang sedikit lebih tinggi daripada yang lain. Gaya
tarik gravitasi dari kepadatan ekstra, akan memperlambat ekspansi pada daerah
tersebut, dan akhirnya dapat menyebabkan daerah tersebut runtuh membentuk
galaksi dan bintang-bintang. Jadi lihat baik-baik peta langit microwave. Itu
adalah cetak biru untuk semua struktur dalam alam semesta. Kita adalah produk
dari fluktuasi kuantum di alam semesta yang sangat awal. Allah benar-benar
bermain dadu
Kami telah membuat kemajuan luar biasa dalam kosmologi dalam seratus tahun
terakhir ini. Teori Relativitas Umum, dan penemuan pengembangan alam semesta,
menghancurkan gambaran lama yang pernah ada, dan alam semesta yang abadi.
Sebagai gantinya, relativitas umum memprediksi bahwa alam semesta, dan waktu
itu sendiri, dimulai saat terjadinya big bang. Hal ini juga memprediksi bahwa
waktu akan berakhir dalam lubang hitam. Penemuan gelombang latar mikro kosmis,
dan pengamatan lubang hitam, mendukung kesimpulan ini. Ini adalah perubahan
mendasar dalam menggambarkan alam semesta kita, dan realitas itu sendiri.
Walaupun Teori Relativitas Umum, memprediksikan bahwa alam semesta berasal
dari periode kelengkungan tinggi di masa lalu, teori ini tidak bisa memprediksi
bagaimana alam semesta berawal dari Big Bang. Dengan demikian relativitas umum
sendiri, tidak dapat menjawab pertanyaan pokok dalam kosmologi, Mengapa alam
semesta seperti sekarang ini? Namun, jika relativitas umum dikombinasikan
dengan teori kuantum, dimungkinkan untuk memprediksi bagaimana alam semesta
dimulainya. Alam semesta pada awalnya berkembang terus dan semakin meningkat.
Periode ini yang disebut periode inflasi, perkawinan dua teori tersebut
memprediksikan bahwa fluktuasi kecil akan timbul, dan mengarah pada pembentukan
galaksi, bintang, dan semua struktur lain dalam alam semesta. Ini ditegaskan
oleh pengamatan ketidak-seragaman kecil dalam gelombang latar mikro kosmis,
sesuai dengan sifat yang diprediksikan. Jadi sepertinya kita sedang dalam
perjalanan untuk memahami asal usul alam semesta, walaupun dibutuhkan lebih
banyak usaha. Sebuah jendela baru pada alam semesta sangat awal, akan terbuka
ketika kita dapat mendeteksi gelombang-gelombang gravitasi dengan melakukan
pengukuran secara akurat jarak antara pesawat ruang angkasa. Gelombang
gravitasi menyebar secara bebas kepada kita sejak waktu paling awal, yang
terlepas dari gangguan materi apapun. Sebaliknya, cahaya tersebar banyak kali
oleh elektron bebas. Hamburan berlangsung sampai elektron terdepak keluar,
setelah 300.000 tahun.
Meskipun telah menghasilkan beberapa keberhasilan besar, tidak semua hal
terpecahkan. Kita belum memiliki pemahaman teoritis yang baik, dari pengamatan
pengembangan alam semesta, alam semseta mengalami percepatan lagi, setelah
suatu periode yang lama mengalami perlambatan Tanpa adanya pemahaman tersebut,
kita tidak bisa yakin akan masa depan alam semesta. Akankah terus berkembang
selamanya? Apakah Inflasi merupakan hukum Alam? Atau akankah alam semesta pada
akhirnya runtuh lagi? Hasil pengamatan baru, dan kemajuan teoritis, akan datang
dengan cepat. Kosmologi adalah hal yang sangat menarik dan aktif. Kita akan
semakin dekat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lama. Mengapa kita di sini?
Dari mana asal kita?
Terima kasih telah mendengarkan saya.
Read More..