Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? Bab 3

DIMANA KIRANYA “MEKKAH” SEBENARNYA ?

Berkat Brother Ayman di free-minds.org kita sekarang tahu bahwa akar kata MKK atau MK(t) (yang ditafsirkan sebagai kota Mekkah) sebenarnya hanya berarti “kehancuran atau penghancuran”. Kita juga menemukan bahwa Kaa'bah bukanlah suatu istilah religius, tetapi mengacu pada 'dasar' yang bisa dipahami sebagai 'fondasi'. Kemudian kita telah belajar bahwa 'Haji' adalah sesuatu event seperti festival desa atau pasar desa di mana para petani dan peternak memperlihatkan barang-barang mereka dan melakukan debat atau tawar menawar. 



Sekarang mari kita lihat perspektif yang lebih banyak tentang mitologi jelas 'Mekkah' dan penyembahan berhala yang dipaksakannya. Di bawah ini saya kutip dengan catatan G. R. Hawting tentang Mekkah. Saya hanya mengambil sebagaian saja yang berisi penekanan inti menurut saya pribadi. 
Tampaknya mungkin bahwa kaabah di Mekah dipilih setelah proses eliminasi kemungkinan-kemungkinan lain – yaitu dari sejumlah situs suci di jaman Islam Awal yang memiliki banyak pelancong, sampai akhirnya Mekkah menjadi mapan sebagai tempat suci. (….) Kaa’bah itu sendiri seperti yang sering dikatakan telah dihancurkan dan dibangun kembali. Hajar Aswad / Batu Hitam beberapa kali diambil dari Kaabah dan diletakan kembali di tempatnya. Batu yang disebut Maqam Ibrahim dipindahkan karena banjir dan oleh tindakan manusia. Sumur Zamzam yang "ditemukan" pada dua kesempatan terpisah. Al-Masjid al-Haram, mesjid di mana Ka'bah berada, beberapa kali dibangun kembali dan diperbesar. (….) Bahkan tradisi muslim mengakui bahwa sejarah dari tempat kudus dan penggabungan dengan Islam tidak dapat disajikan sebagai pengembangan sederhana dan lugas.

Maqam Ibrahim

Referensi yang paling jelas yang tampaknya bertentangan dengan gagasan bahwa Makam Ibrahim adalah batu suci sebagai tempat suci Muslim ada di QS 2:125:
QS 2:125 wrote:“Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat” 

Sehubungan dengan ayat ini para penafsir memberikan sejumlah penjelasan yang berbeda tentang apa yang dimaksud dengan Maqam Ibrahim. Selain pandangan bahwa nama di sini merujuk ke batu yang dimaksud di dekat Kaabah, maqam ini juga dikatakan merujuk seluruh kawasan Masjidil Haram atau berbagai daerah sepanjang Masjidil Haram.


Konteksnya tampaknya membutuhkan penjelasan seperti ini karena itu diperlukan untuk menjelaskan kata depan ‘min’ sebagai partikel berlebihan jika diinginkan untuk menganggap referensi Al-Quran sebagai batu yang sekarang disebut Maqam Ibrahim. Oleh karena itu secara keseluruhan, ayat ini tidak konsisten dengan arti yang biasa diterima dari nama ‘Maqam Ibrahim’. 

Tampaknya jelas bahwa, entah referensi itu menunjuk ke al-Maqam atau Maqam Ibrahim, sering ada beberapa kesulitan dalam merekonsiliasi referensi dengan tempat suci di Mekkah seperti yang kita ketahui, atau beberapa saran menyatakan bahwa itu bukan batu yang sekarang menyandang nama Maqam Ibrahim. Karena tampaknya tidak mungkin bahwa referensi semacam ini lahir setelah tempat suci Muslim itu disahkan di Mekkah dalam bentuk yang kita tahu itu. Kelihatannya referensi itu berasal dari periode-periode awal ketika Maqam Ibrahim pernah memiliki arti lain, sebelum arti yang dikenakan padanya sekarang. (…) 
Tampaknya ada cukup rujukan bahwa istilah Maqam Ibrahim muncul pertama kali dalam konteks kitab Kejadian. Dan saya tidak melihat penjelasan alternatif lain untuk penggunaan istilah itu dalam cara di mana itu terjadi di Quran dan beberapa bahan lain dikutip di atas. Saya membayangkan bahwa nama itu pertama muncul sebagai sebutan untuk tempat kudus karena di sanalah Abraham berdiri di hadapan Allah, ketika kaabah Mekah diambil alih, untuk alasan yang tidak jelas, Maqam Ibrahim tidak dipahami dan digunakan sebagai nama untuk situs penyembahan itu secara keseluruhan, sehingga menjadi melekat hanya pada batu yang sekarang menyandang namanya.

Dalam kitab Kejadian 28:13 kita menemukan informasi yang mungkin bisa menjelaskan masalah Maqam Ibrahim ini. :
Kejadian 28:13 wrote:Berdirilah TUHANdi sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.
Nampaknya frasa tanah “tempat engkau berbaring” yang sebenarnya dimaksudkan sebagai tempat Yakub tertidur, disalah pahami sebagai tempat dikuburkan, dan juga disini Yakub malahan diganti dengan Abraham, sebagai tokoh tonggak dari keimanan kaum Ismail.

Al Rukn 

Istilah ini dijelaskan dalam dua pengertian: Al Rukn bisa berarti Batu Hitam yang ditempatkan secara tetap di sudut tenggara Ka'bah, atau pilar sudut itu sendiri yang berisi Batu. Terkadang juga disebut al-Rukn al-Aswad yang menyiratkan makna ganda: batu dan pilar sudutnya. Kadang-kadang nama al-Hajar al-Aswad digunakan, tetapi hanya mengacu pada Batu Hitamnya saja, bukan pilar sudutnya. Bentuk jamak, al-Arkan, juga ditemukan dalam kaitannya dengan tempat kudus, dan dijelaskan sebagai mengacu pada empat sudut Ka'bah .
Ungkapan " tanah tempat engkau berbaring " dalam ayat di atas tidak diartikan bahwa Yakub dikuburkan di tempat di mana dia mendapatkan mimpinya, di daerah kuil suci. Janji Tuhan kepada Yakub adalah bahwa Ia akan memberikan "tanah tempat engkau berbaring" kepada keturunan Yakub dipahami sebagai janji ilahi dari Allah atas seluruh Tanah Yang Dijanjikan untuk Israel semua wilayah yang dijanjikan itu disimbolkan menjadi seukuran tempat di mana Yakub sedang tidur.
Seperti disebutkan sebelumnya kesucian pegunungan al-Hijr dalam tradisi Muslim berasal sebagian dari fakta bahwa Ismail dimakamkan di sana, dan keturunan Ismail memiliki Tempat Suci (...)
Dalam kisah di Kejadian, Yakub mendirikan mesbah batu di tempat dia tertidur: ini adalah batu yang tadinya ia pakai sebagai bantalan tidur, dan Yakub menyebutnya "Bethel = Rumah Allah) " Batu itu, secara alami, dielaborasi dalam berbagai cerita. Ia diidentifikasi dengan Shetiya Eben, batu penjuru Bait Allah dan poros di mana titik keseimbangan seluruh dunia berada, setelah Yakub telah mengatur itu, Tuhan turun dan memberkati tempat itu di mana ia berfungsi sebagai batu penjuru bagi seluruh dunia. Tampaknya kisah tentang Batu Hitam (al Rukn) berasal dari nama Shetiya Eben atau pengembangan itu. (...)
Sekali lagi penjelasan yang paling memuaskan adalah melihat Al-Rukn sebagai sisa dari kuil penyembahan kaum Yahudi saat itu sebelum diambil alih oleh Islam. Al-Rukn awalnya adalah batu penjuru surgawi yang terkubur di bawah kuil tersebut. Ketika kuil itu diambil alih oleh Islam, nama dan beberapa ide-ide yang terkait dengan itu diterapkan pada batu tempat kudus itu, seperti misalnya Batu Hitam. Tapi, karena nama al-Rukn (pilar, dukungan, fondasi) berarti sesuatu yang lebih dari sekedar "batu," nama itu juga berlaku untuk sudut yang dimana Batu Hitam itu ditempatkan. Saya berpendapat bahwa perkembangan ini melambangkan ide-ide awal dimana kuil itu kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan mempertimbangkan fakta-fakta penggambaran tentang Mekkah (sesuai dengan Tradisi Islam yang sedang berkembang) sehingga bisa berfungsi sebagai kuil suci Islam.
Saya rasa dengan bukti-bukti yang diajukan di atas sulit untuk memahami jika versi biasa tentang Mekah dalam Tradisi Islam tetap diterima, dan bahwa skema alternatif yang disarankan di sini menurut saya diperlukan untuk menjelaskan bukti yang telah saya sajikan.
Image
Sekarang saya akan mengutip dari :
Dari bukti-bukti yang tersedia, sangat diragukan bahwa Mekkah ada sebagai pusat dari kepentingan apapun, paling tidak, pasti Mekkah tidak seperti apa yang digambarkan dalam Al Qur'an. Para ahli geografi Ptolemy Romawi sering dikutip sebagai saksi awal ke Mekah, melalui keterangan tentang sebuah kota yang bernama Macoraba. Namun, seperti telah ditunjukkan, "Macoraba" adalah akar bahasa yang berbeda dari Mekkah. Crone, lebih lanjut, menunjukkan bahwa Ptolemy Macoraba tidak dapat diidentifikasi dengan Mekah, dan bahwa jika Ptolemy mengacu pada apa pun seperti Mekah, itu akan berkunjung ke sebuah kota di Saudi Petraea bernama Moka, jauh di sebelah utara Mekkah. Identifikasi dengan Mekkah tradisi Islam, jelas, sangat lemah.

Mekah sebagai pusat perdagangan karavan dseperti yang digambarkan dalam tradisi Islam, praktis tidak pernah dikenal oleh orang jaman itu sendiri. Sedangkan Arabia (istilah yang dapat mencakup padang pasir timur Al-Syams) adalah ranah politik penting dan gerejawi di abad ke-6, dan tidak perna disebut-sebut tentang Quraish atau pusat perdagangan Mekkah dengan cara apapun, dalam sastra dari waktu itu, meskipun penulis Yunani dan Latin telah menulis secara ekstensif tentang perdagangan yang memasok rempah-rempah dan barang lainnya bagi mereka dari Arab selatan, dan yang diasumsikan dalam tradisi Muslim sebagai hasil komoditas Mekah.

Crone menunjukkan bahwa dalam sumber-sumber jaman itu dengan pematangan dari agama Arab (akhir 7 - abad ke-8), tampaknya bahkan ada beberapa kebingungan dimana letak Mekah itu. Dia mencatat bahwa Continuatio Byzantia Arabika memberikan lokasi untuk Mekkah antara Ur dan Harran, bukan di Hijaz - Arab, tapi di tepi Mesopotamia. Hal ini mungkin menyamarkan pengaruh Ibrahim jelas dalam agama Arab selama waktu ini (sebagai Abraham terkait dengan kedua kota itu dalam catatan Alkitab).

Bukti lain dari Islam sebagai agama yang berasal-usul dari asal Suriah terletak dalam disposisi lingkungan religius di mana orang-orang Arab Al-Syams tinggal di suatu tempat yang digambarkan berbeda dengan penggambaran Hijaz. Tidak ada bukti arkeologis yang mendukung pendapat ini dalam Al Qur'an bahwa Makkah dan Hijaz adalah pusat paganisme Jahiliah pra-Islam Jahiliah. Bahkan, belum pernah ditemukan ada bukti kuat tentang pemukiman Arab yang permanen di wilayah Hijaz di abad ke 6 dan 7 awal.

Memang ada bukti yang persis tentang pusat paganisme dan praktik, dan kuil-kuilnya sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan tradisi Islam – namun wilayah sekitar Syria dan Palestina. (...) Lebih lanjut, ada bukti bahwa apa yang disebut "bahasa Arab klasik" (bahasa Al-Qur'an) tidak berasal dari semenanjung Arab, melainkan muncul dari komunitas Arab Al-Syams. Mengapa bahasa Arab klasik diadaptasi dari bahasa Aram yang memiliki 22 alfabet, yang sebenarnya tidak begitu cocok untuk menyalin bahasa Arab, padahal aksara yang dipakai oleh suku-suku Arab Selatan memiliki alphabet antara 28 dan 29 buah yang seharusnya lebih cocok untuk kesusasteraan Arab klasik ?

(Maksud penulis, bukankah alphabet Arab selatan lebih luas dan lebih mampu mengungkapkan makna puitis dari bahasa Arab klasik? Mengapa justru bahasa Arab dan penulisan Quran berasal dari bahasa Aram di utara? Jelas dari sini ada bukti yang menguatkan bahwa Quran dan akar lingkungan Islam sebenarnya bukan dari Hijaz, Arab, melainkan di utara, daerah antara Siria, Palestina dan Mesopotamia – penerjemah)

Fakta bahwa bahasa dengan alphabet yang lebih sedikit yang dipilih untuk menuliskan Quran, menyiratkan ketersediaan bahasa berbasis Aram, yang pada gilirannya menyarankan bahwa asal-usul Arab klassik berada jauh di sebelah utara Hijaz , antara Suriah, Palestina dan Mesopotamia. Bahkan, tidak ada bukti epigraphic atau lainnya untuk Arab klasik di wilayah Hijaz sampai pemerintahan Muawiyah di tahun 660-an M. Pemunculan yang begitu terlambat ini, ditambah dengan fakta bahwa Arab Klasik muncul di Hijaz dengan begitu canggih tanpa bukti evolusi yang panjang, mengindikasikan bahwa ia diperkenalkan dari luar, bukan dari hasil evolusi perkembangan budaya Arab Hijaz itu sendiri. Mungkin ini hasil pencangkokan dari usaha kolonisasi yang dilakukan oleh Muawiyah. Jejak-jejak perkembangan Arab Klasik dari para pendahulu Islam ternyata ditemukan di Siria, dimana sebuah bentuk awal dari bahasa ini yang ditulis dalam aksara proto-Kufik telah ditemukan di sejumlah tempat tertanggal abad 6 M, termasuk di hiasan-hiasan pintu-pintu gereja.

QS 3:96-97: 

Lo! the first Sanctuary appointed for mankind was that at Becca, a blessed place, a guidance to the peoples; Wherein are plain memorials (of Allah's guidance); the place where Abraham stood up to pray; and whosoever entereth it is safe.
And pilgrimage to the House is a duty unto Allah for mankind, for him who can find a way thither. As for him who disbelieveth, (let him know that) lo! Allah is Independent of (all) creatures.
 
Terjemahan ayat di atas : 
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah ,yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, maqam Ibrahim (dalam terjemahan Inggris bukanlah makam Ibrahim, melainkan tempat dimana Ibrahim berdiri untuk berdoa) barangsiapa memasukinya, menjadi amanlah dia; mengerjakan ziarah adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah [2l6]. Barangsiapa mengingkari , maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.
Ada sebuah lembah besar dan subur di Lebanon yang disebut Bekaa, sangat mudah untuk ditemukan. http://en.wikipedia.org/wiki/Beqaa_Valley
Dan tentu saja kita menemukannya di: Mazmur 84:1-8 

How amiable are thy tabernacles, O LORD of hosts! My soul longeth, yea, even fainteth for the courts of the LORD: my heart and my flesh crieth out for the living God. Yea, the sparrow hath found an house, and the swallow a nest for herself, where she may lay her young, even thine altars, O LORD of hosts, my King, and my God. Blessed are they that dwell in thy house: they will be still praising thee. Selah. Blessed is the man whose strength is in thee; in whoseheart are the ways of them. Who passing through the valley of Baca make it a well; the rain also filleth the pools. They go from strength to strength, every one of them in Zion appeareth before God. O LORD God of hosts, hear my prayer: give ear, O God of Jacob. Selah.
Terjemahan ayat di atas : 
Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!
Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela
Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
Dalam mazmur ini kita juga menemukan referensi untuk ‘Rumah Allah Yakub’ tertulis Baitullah dalam Quran! Pastilah ini yang disebut ‘Maqam Ibrahim’ di QS 2:125. Sungguh benar-benar sangat jauh dari Mekkah di mana ibadah haji itu dilakukan. Benar-benar sebuah penipuan.

ABEL-BETH MACAAH


Abel-Bet MACAAH adalah sebuah kota yang dirujuk Alkitab dalam kitab 2 Raja-raja 15:29; 2 Sam.20: 14-18 sebagai Abel-Bet Maakha. Kisah-kisah Perjanjian Lama menyebutnya sebagai sebuah kota di zaman Daud. Suatu hal yang seharusnya para pengkaji Al Quran ketahui. 

a'-bel-beth-ma'-a-ka ('abhel beth ma`akhah : padang rumput rumah Maakha): nama ini muncul dalam bentuk ini dalam 1 Raja-raja 15:20 2 Raja-raja 15:29 dan . Dalam 2 Samuel 20:15 ( dalam bahasa Ibrani) inilah Abel-Bet-hammaacah (Maakha sebagai kata sandang untuk tempat). Dalam 2 Samuel 20:14 muncul sebagai Bet-Maakha, dan dalam ayat 20:14 dan 18 sebagai Abel. Dalam 2 Samuel ini diucapkan sebagai kota, jauh ke utara, di mana Yoab mengepung Seba, anak Bichri. Dalam 2 Raja-raja itu disebutkan, bersama dengan Iyon dan tempat-tempat lain, sebagai kota di Naftali ditangkap oleh Tiglathpileser, raja Asyur. Menangkap muncul juga dalam catatan Tiglat Pileser.
Dalam 1 Raja-raja itu disebutkan tentang kota Iyon dan Dan dan "seluruh tanah Naftali" sebagai dipukul oleh Benhadad dari Damaskus pada jaman Baasha. Dalam 2 Tawarikh 16: 4 catatan yang menjadi parallel kisah itu kota-kota yang disebutkan adalah Iyon, Dan, Abel-Maim. Abel-Maim baik nama lain untuk Abel-Bet Maakha, atau nama tempat lain di sekitar yang sama. Identifikasi berlaku Abel-Bet-Maakha adalah dengan Abil, beberapa mil ke barat dari Dan, pada ketinggian yang menghadap sungai Yordan di dekat sumbernya. Wilayah yang berdekatan kaya pertanian, dan pemandangan dan pasokan air sangat baik. Abel-Maim, "padang rumput air," bukan merupakan sebutan yang tepat untuk itu.
a'-bel-beth-ma'-a-ka ('abhel beth ma`akhah : padang rumput rumah Maakha): nama ini muncul dalam bentuk ini dalam 1 Raja-raja 15:20 2 Raja-raja 15:29 dan dalam 2 Samuel 20:15 ( dalam bahasa Ibrani). Inilah Abel-Bet-hammaacah (Maakha sebagai kata sandang untuk tempat). Dalam 2 Samuel 20:14 muncul sebagai Bet-Maakha, dan dalam ayat 20:14 dan 18 sebagai Abel. Dalam 2 Samuel ini diucapkan sebagai kota, jauh ke utara, di mana Yoab mengepung Seba, anak Bichri. Dalam 2 Raja-raja itu disebutkan, bersama dengan Iyon dan tempat-tempat lain, sebagai kota di Naftali ditangkap oleh Tiglathpileser, raja Asyur. Menangkap muncul juga dalam catatan Tiglat Pileser.
Dalam 1 Raja-raja itu disebutkan tentang kota Iyon dan Dan dan "seluruh tanah Naftali" sebagai dipukul oleh Benhadad dari Damaskus pada jaman Baasha. Dalam 2 Tawarikh 16: 4 catatan yang menjadi parallel kisah itu kota-kota yang disebutkan adalah Iyon, Dan, Abel-Maim. Abel-Maim baik nama lain untuk Abel-Bet Maakha, atau nama tempat lain di sekitar yang sama. Identifikasi berlaku Abel-Bet-Maakha adalah dengan Abil, beberapa mil ke barat dari Dan, pada ketinggian yang menghadap sungai Yordan di dekat sumbernya. Wilayah yang berdekatan kaya pertanian, dan pemandangan dan pasokan air sangat baik. Abel-Maim, "padang rumput air," bukan merupakan sebutan yang tepat untuk itu.
Image
Kota ini juga benar-benar cocok menggambarkan kisah Quran tentang ratu Sheba yang mengunjungi Salomo / Sulaeman. Orang Ibrani menyebutnya “Wanita Bijaksana dari Abel-beth Macaah” sebagai wanita yang membunuh raja Sheba untuk menyelamatkan kota.
Kisah dalam Islampun tentang wanita ini membingungkan, karena Quran menyebutkan ratu Sheba dalam pemandangan Sulaeman (Q.27)!
Sangatlah mungkin jika pahlawan wanita ini nantinya dianggap sebagai sosok legendaris “ Ratu dari Shebah”
Tidak lama setelah Raja Daud memadamkan pemberontakan Absalom, putranya, ketika muncullah seorang dari suku Benyamin bernama Sheba memimpin pemberontakan terhadap diri Daud. Orang-orang Israel memberontak terhadap Daud dan mengikuti Seba, tapi orang-orang Yehuda tetap setia kepada raja. Setelah menyadari bahwa Sheba merupakan ancaman lebih besar daripada Absalom, Daud memerintahkan Abisai untuk memimpin pasukannya untuk menangkap Sheba. Pasukan Yoab berangkat dari Yerusalem untuk menangkap Sheba. Dalam mengejar pria ini pasukan Yoab bergerak ke sebelah utara wilayah Israel, ke sebuah kota bernama Abel-Bet-Maakha. Beberapa versi bahasa Inggris menggunakan Abel Bet Maakha, atau varian yang serupa. Pada jaman Israel modern, kota ini hampir di perbatasan dengan Lebanon antara Kiryat Shmona dan Metulla.
Inilah tempat suci yang disebutkan dalam Al Quran QS 3:96-97 - Abel Beth Maacah. Bukan Mekkah di Hijaz, Arab Saudi !
Image
Foto kami, mengarah ke Timur, memperlihatkan gundukan besar yang diperkirakan sebagai tempat Abel-Beth-Maakah pada jaman itu. Pohon apel tumbuh di daerah ini. Di hari yang cerah kita akan bisa melihat Lembah Beeka)
Jadi Abel Beth Maacah dan Lembah Beka'a di Lebanon hanya beberapa mil saja jauhnya !
Di sini, saya juga akan menunjukkan juga bahwa pengungkapan kota Hurrian di Urkesh (atau Urkish) harus benar-benar membentuk kembali pemahaman kita tentang perjalanan Abraham dari Ur Kasdim HaI ini demikian benar-benar mempertimbangkan kembali asal-usul dalam perspektif yang jauh lebih tajam dari pada kisah dalam Alkitab!
Image
Semuanya hampir terlupakan oleh sejarah, asal muasal mereka tetap tidak jelas, tetapi penggalian yang dipimpin oleh suami-istri arkeolog UCLA Georgio Buccellati dan Marilyn Kelly-Buccellati selama seperempat abad terakhir mengungkapkan bahwa Hurrians jauh lebih dari sekadar suku berkeliaran kepayahan di Timur Tengah. Dan selama musim tahun lalu, mereka menemukan bukti kuat bahwa peradaban bangsa Hurrians tidak hanya sangat mempengaruhi bahasa, budaya, dan agama-agama di jaman-jaman kemudian, tetapi juga mungkin juga telah hadir 1000 tahun sebelum masa dimana mereka pernah diperkirakan hidup - seperti juga Mesopotamia, di dekatnya, yang mulai menciptakan kota-kota pertama. (...) Piotr Michaelowski, seorang Assyriologist (ahli dalam masalah Syria kunoa) di University of Michigan, mencatat bahwa bahasa Hurrian, seperti Sumeria, adalah bahasa Semitik yang tidak terkait dengan akar bahasa Indo-Eropa yang mendominasi wilayah ini selama dan setelah milenium ketiga SM. Mungkin, ia menyarankan, para Hurrians adalah penduduk awal wilayah tersebut, seperti juga bangsa Sumeria, yang harus membuat ruang bagi orang-orang berbahasa Semit yang menciptakan kerajaan pertama di dunia berbasis di Akkad di pusat Mesopotamia sekitar 2350 SM.
Penemuan sebuah kota canggih dengan arsitektur monumental, pipa, hiasan batu yang monumental, dan populasi besar bertentangan dengan gagasan bahwa Hurrians adalah orang-orang gunung yang berkeliaran di negeri asing. Jauh dari sangkaan sebagai suku nomaden kasar, seperti orang Amori atau Kassites yang terlambat ke pesta Mesopotamia, bangsa Hurrians dengan bahasa mereka yang unik, musik, dewa-dewi, dan ritualnya mungkin telah memainkan peran penting dalam membentuk kota pertama, kerajaan, dan negara. Bahasa mereka telah punah, musik mereka memudar, dan ritual dilupakan. Namun berkat pematung, tukang batu, dan pemahat batu di Urkesh, kreativitas Hurrian dapat bersinar lagi.
(akhir dari bab 3)

Sumber: ( http://islamsejarah.blogspot.com/2011/09/muhammad-mitos-atau-fakta-sejarah-bab-3.html)

0 Response to "Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? Bab 3"

Posting Komentar