Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? Bab 4

Bab 4

SIAPAKAH SUKU QURAISH?

Saya telah sering mencari etimologi dan asal-usul dari kata ini, sebagaimana sering dikatakan bahwa Suku Quraish adalah suku yang kuat yang memerintah kota Mekkah. Namun ternyata Tradisi Islam terbukti keliru di semua jejak yang bisa diverifikasi yang telah kami temukan. Mari kita lihat selanjutnya.
Entri yang kita bisa temukan di Wikipedia tentang suku Quraish ternyata samar, hanya didasari kisah-kisah tradisional.
Quraish atau Quraisy (Arab: قريش) Qurayš. Transliterasi lainnya termasuk "Quresh", "Quraysh", "Koreish" dan "Coreish". Turki: Kureyş) adalah suku yang dominan di Mekah pada waktu munculnya agama Islam. Ini adalah suku dimana nabi Muhammad, nabi Islam berasal, serta suku yang memimpin oposisi awal terhadap pesannya. Menurut legenda populer, kaum Quraish merupakan cabang dari Banu Kinanah suku, yang merupakan turunan dari suku Khuzaimah. Suku Quraish benar-benar tercerai-berai sampai Qusai bin Kilab berhasil mengerahkan barisannya ke tempat terhormat sehingga memiliki status terhormat dan memegang jabatan-jabatan penting [klarifikasi diperlukan] -. Setelah Islam muncul, supremasi suku Quraish bertambah dengan menghasilkan tiga dinasti, kalifah Ummayad, Kalifah Abbasid dan Kalifah Fatimid.
Ada sebuah surah yang dinamai surah Quraish(QS 106) atau berarti “musim panas” yang dikatakan sumber dari surah 105. Namun susunan kronologis dari surah ini sedikit longgar.
(ayat 1)
For the taming of Qureysh.Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,(ayat 2)For their taming (We cause) the caravans to set forth in winter and summer.(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas(ayat 3)So let them worship the Lord of this HouseMaka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini.(ayat 4)Who hath fed them against hunger and hath made them safe from fear.Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Satu poin yang paling penting adalah (mengacu pada terjemahan bhs Inggris) "Karena kebiasaan mereka Kami menyebabkan karavan-karavan untuk pergi di musim dingin dan dimusim panas."
Kita akan melihat betapa 'Quraish' sangat berkaitan dengan para caravaners atau pengguna karavan, para kafilah, namun dari dua latar belakang yang sangat berbeda! Dan sama sekali tidak bisa orang nomaden dikait-kaitkan dengan pemukiman manapun, apalagi menurut definisi yang ada – dengan kota Mekkah.
Suatu riset ekstensif yang dilakukan oleh Richard W. Bulliet tentang sejarah perdagangan di Timur Tengah kuno melukiskan gambaran yang berbeda dengan legenda Tradisi Islam. Klaim Muslim tampaknya benar-benar keliru: “Mekah benar-benar tidak berada di rute perdagangan utama, karena Mekah ini terletak di tepi semenanjung. Hanya dengan pembacaan peta yang sangat dipaksakan maka kita bisa menganggap Mekkah sebagai persimpangan alami antara Utara – Selatan dan Timur-Barat.”

Penelitian.yang dilakukan oleh N. Groom dan WW Muller menguatkan pandangan ini. Mereka telah menulis, "Mekah tidak mungkin berada dalam rute perdagangan, sebab akan menyimpang dari rute alami sepanjang jalur Barat ." Bahkan, mereka menegaskan bahwa rute perdagangan haruslah menjauh dari arah Mekkah sampai sejauh seratu mil "

Selain itu perdagangan Yunani-Romawi dengan India telah runtuh sekitar abad ke-3. Oleh karena itu, dalam jaman Muhammad (dengan asumsi bahwa ia benar-benar pernah hidup di Mekkah dan lahir dari suku Qurasih, yang terampil dalam berdagang dengan memakai karavan) tidak ada suatu rute darat maupun pasar Romawi yang menjadi tujuan dari perdagangan. Perdagangan memang masih tetap ada, namun dikontrol oleh bangsa Abyssinia (Etiopia) dan bukan orang Arab, dan bukan Mekah, tetapi Adulis, kota pelabuhan di pantai Abyssinia Laut Merah, adalah pusat perdagangan wilayah itu.

Para sejarawan Yunani seperti Cosmas, Procopius dan Theodoretus yang lebih dekat dengan peristiwa waktu, dan bahkan orang-orang Yunani, kepada siapa dagangan itu ditujukan, tidak pernah sedikitpun mendengar tentang suatu tempat yang disebut Mekkah. Jika Mekka benar-benar begitu penting, tentu saja para pedagang pernah mencatat keberadaannya. Patricia Crone dalam karyanya menyebutkan bahwa dokumen-dokumen berbahasa Yunani seringnya menyebutkan kota Ta’if ( yang mana sebelah tenggara dari kota Mekkah sekarang), dan Yatrib (yang nantinya disebut Madinah), dan juga Kaybar/Khayber (yang berarti ‘benteng’ dalam bahasa Ibrani) di utara. Namun tidak pernah disebutkan tentang adanya Mekkah. Dalam keadaan ini, historisitas Mekkah sebagai suatu kota pemukiman tepat di jantung pusat Islam awal menjadi sangat meragukan.

Akhirnya, di samping ketidak-sepakatan terhadap lokasi geografis Mekah dalam sumber-sumber sekuler awal, ada suatu kebingungan bahkan di dalam tradisi Islam. Menurut riset yang dilakukan oleh J. van Ess (juga dalam Muhammad bin Ahmad al-Dahabi, 1369), baik dalam perang sipil pertama dan kedua, ada catatan-catatan tentang orang yang melanjutkan perjalanan dari Madina ke Irak lewat Mekkah. ( Penerjemah: tentu saja ini keliru sebab Mekkah berada jauh di selatan Madinah. Untuk apa orang dari Madinah hendak pergi ke Irak, yaitu ke arah utara, harus melewati Mekkah yang ada di selatan ? Ataukah istilah Mekkah tadinya merujuk pada suatu tempat ke arah utara Medinah?)
Memang, Catatan Sejarah dari Isidor, The continuo Byzantia Arabika (paruh kedua abad 8 M) menyebutkan pertempuran ... "apud Maccam, Abrahae, ut IPSI putant, domum, quae antar Ur Chaldaeorum et Carras Mesopotamiae urbem di heremo adiacet "("... di Mekkah, Rumah Abraham, sebagaimana mereka [orang Arab] percayai, terletak di padang gurun antara Ur Kasdim dan Carras, Mesopotamia ". (Ohlig, Der Islam frühe S.368). - Carras di sini pastilah Carrhae Romawi, atau paling tidak Harran. Jadi kita kembali ke kisah-kisah Alkitab tentang asal-usul Abraham / Ibrahim!
Rute Perdagangan Kemenyan ada dua, tetapi satu, yang sebelah kiri, terlalu berangin (Jeddah), dan itu tidak banyak digunakan.
Image
Jadi, siapa suku 'Quraish' yang misterius ini? Pencarian ini belum dilakukan dengan benar sejauh ini, karena para akademis terlalu mengandalkan pada Tradisi Islam. Dari penelitian saya, Quraish tidak berarti sebuah suku, tetapi semacam kawanan para pedagang, suatu unit kerja. Kata ini tadinya berarti suatu iring-iringan panjang karavan, jaman kita sekarnag mungkin sama seperti asosiasi sopir truk! Saya menemukan bahwa asosiasi ini gabungan dari asosiasi dua jalur yang berbeda: Jalur Kemenyan dan Jalur Sutra! Akar dari keberadaan Quraish berasal dari Jalan Sutra. Hal ini telah luput dari perhatian para sarjana dan telah lama membingungkan saya.
Etimologi yang paling mungkin untuk kata ‘Quraisy / Quraish’ berasal dari bahasa Elam 'Kuraysh' yang juga berada di belakang nama Cyrus. Ini berarti ''Mereka yang dilimpahkan perawatan” untuk tugas itulah para pedagang dengan Karavan baik di Jalur Sutra maupun Jalur Kemenyan bepergian. Mereka mungkin berasal dari Khurasan, Iran.
Keduanya jalur itu agaknya bertemu di Damaskus dan Babilonia, di mana mereka pasti memiliki pertukaran komersial dalam skala besar (haji)!
Itulah sebabnya suksesi kepemimpinan Muhammad menjadi sangat problematis: ada dua pihak mantan Qurais yang merasa berhak pihak Abu Bakar (Aisyah) vs pihak Ali. Jadi, 'Pertempuran Unta' bisa dipahami sebagai pertempuran antara mereka yang menunggang unta jenis Bactrian (berpunuk dua) dengan mereka yang menunggang unta jenis dromedaries (berpunuk satu).
Dua jalur perdagangan utama para ‘Quraish’ : Jalur Kemenyan dan Jalur Sutra bertemu di Babilon dan Damaskus.
Image
Dari peta ini, nama Aila (Aqaba, Eilat) seharusnya diperhatikan lebih jauh. Ini penting karena ketidak-hadiran Mekkah (penerjemah: Mungkin maksud penulis, karena Mekkah dan Quraish tidak pernah disebut-sebut dalam dokumen perdagangan saat itu, tidak mungkinkah Aila berhubungan erat dengan pergerakan kaum Hagarin awal ?)
Mari kita melihat satu penelusuran lagi tentang Quraish dari Muhammad and the origins of Islam, Francis E. Peters
Orang Arab sering berkata “ kafilah Quraisy telah tiba''. Atau mereka berkata bahwa Quraisy adalah panduan dari Bani al-Nadr, bertanggung jawab
untuk approvisioning mereka. Ibn al-Kaldi mempertahankan Quraisy yang merupakan nama kolektif. Cerita lain menceritakan bagaimana nama berasal dari
Al-Nadr bin Kinana, karena ia “tampak seperti unta Quraisy'' Satu lagi menyatakan bahwa itu berasal dari makhluk laut yang mengerikan:. al-qirsh.

Dan begitulah etimologi yang tidak meyakinkan terus berlanjut, dan setidaknya salah satu dari mereka menunjukkan bahwa Quraisy istilah yang lebih baru. Jelas bahwa orang Arab tidak tahu jelas siapa kaum Quraish.
Lebih dalam Tentang Quraish dan Qadesh, adakah keterhubungan keduanya ?
  1. Dalam bahasa Ibrani Qadesh berarti suci / kudus, berasal dari bahwa Phoenisi – Qadesh. Kata ini juga ditujukan untuk kuil pelacuran.
  2. Dalam bahasa Ugaritik, Qadesh berarti suci, seperti dalam sebutan ‘binu Qadishi’ (anak kesucian)
  3. Dalam bahasa Akkadian berarti penyucian, pemurnian; kadhistu: membaktikan diri untuk Ihstar.
ketiga kemungkinan di atas tidak cukup berhubungan dengan KDS atau KRS.
Dinasti Persia Achaemenid juga dikenal sebagai dinasti Kurarysh, dari Anshan di Elam dimana mereka membangun dinasti.
Dalam bahasa Arab Kuraysh berarti “yang datang bersama-sama setelah terpisah”, “makan dari hasil jerih payah”, “ditugas peziarahan”, atau mahluk misterius dari laut – al-qirsh. Nama ini juga adalah mata uang Arab, dan kita juga mengenal ada Ilwat al-Qirsh, sebuah pulau di Danau Mangala dekat pelabuhan Said. Tak ada satupun dari arti itu yang menolong. Tampaknya semua arti malah membingungkan.
Namun ada satu referensi tentang ‘Koreysh’ dari Chronicle Theophanes yang mengatakan sekutu Arab (feodi) bagi Kaisar Heraclius. Ketika merujuk pada orang, maka etimologi ini berhubungan dengan suku Kurdi, bahasa Kurdi. Suku Kurdi utamanya orang Perisa dan Indo-Eropa tetapi mereka melampaui satu etinisitas spesifik, sebagai minoritas di Iran (7 %), di Irak (17 %), di Turki (18%) dan bahkan Siria (9%).
Suku Kurdi (dalam bahasa Kurdi: کورد ) adalah kelompok etnis ethnolinguistic keturunan Iran, kebanyakan menghuni suatu wilayah yang dikenal sebagai Kurdistan, yang termasuk bagian perbatasan dengan Iran, Irak, Suriah, dan Turki. (...) kebanyakan berbicara Kurdi, sebuah bahasa Indo-Eropa dari cabang Iran. Suku Kurdi diklasifikasikan sebagai rakyat Iran tahun (...) "Bahasa Kurdi" bukan entitas linguistik terstandar dengan jelas, dengan status resmi atau bahasa negara. Bahasa Kurdi adalah sebuat kontinum dialek-dialek terdekat yang dipakai oleh masyarakat dalam area geografis yang merentang beberapa Negara, dalam beberapa negara ini mereka membentuk sau atau beberapa substandard regional( …) Bahasa Kurdi milik sub-kelompok bahasa-bahasa Iran barat-laut, yang pada gilirannya masuk ke cabang Indo-Iran dari keluarga Indo-Eropa. Bahasa Hurrian yang lebih tua dari orang-orang yang mendiami wilayah Kurdi digantikan oleh bahasa Indo-Eropa sekitar 850 SM, dengan kedatangan orang Media ke Iran Barat. (….)
Kita dapat lihat bahwa suku Kurdi membentuk persekutuan dengan orang Elam di Iran Barat Daya. Namun pada saat ini saya tidak menyatakan seberapa terhubungnya mereka dengan Cyrus. Satu hal yang bisa diyakini di sini bahwa bangsa Kurdi seperti Persatuan Bangsa-bangsa dalam skala kecil, sekumpulan orang-orang yang patut dipelajari. Bahkan ada Kurdi Yahudi (yahudi pegunungan, Khazars) dan studi ADN saat ini membuktikan betapa kuatnya kekerabatan Cohen Modal Haplotype. ‘Kurdi’ lebih cenderung ke perkumpulan sosio-ekonomi dar pada etnisitas. Bisa jadi ada hubungan antara arti Kuraysh dalam bahasa Elam “mereka yang menyediakan barang-barang” sebagai suku nomad.
Peta Mesopotamia kuno (Hurria, Akkadia, Subartu, Amurru, Elam, dll)
Image
(akhir dari bab 4)

sumber:http://islamsejarah.blogspot.com/2011/09/muhammad-mitos-atau-fakta-sejarah-bab-4.html

0 Response to "Muhammad : Mitos atau Fakta Sejarah ? Bab 4"

Posting Komentar